Ayat bacaan: Yakobus 3:16
======================
"Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat."
Bagaimana perasaan anda di rumah hari ini? Apakah anda betah dan nyaman atau justru malas untuk pulang? Apakah rumah terasa hangat dan nyaman atau malah begitu panas sehingga anda tidak tahan berada di dalamnya?
Rumah bisa menjadi tempat yang ternyaman dan terhangat bagi kita, tapi sebaliknya bisa pula menjadi tempat terpanas di muka bumi ini. It can be like heaven on earth, but can also be hell break lose. Ada rumah tangga yang tingkat pertengkarannya begitu parah sehingga hubungan menjadi hambar atau bahkan menjadi pahit. Tidak lagi ada kasih di rumah, sehingga pulang ke rumah pun menjadi alternatif paling akhir, kalau sudah terpaksa saja. Bahkan tidak jarang yang kemudian dengan ringan berkata bahwa tidak ada lagi rasa kepada pasangannya. Bagaimana kata-kata seperti itu mungkin keluar dengan mudah dari orang yang sudah memutuskan untuk menikah, menjadi satu dengan pasangannya? Tapi semakin lama hal seperti ini semakin dianggap lumrah terjadi dalam keluarga. Tidak heran jika tingkat perceraian pun semakin lama semakin tinggi. Berbagai alasan dikemukakan, bahkan tidak sedikit pula yang berani-beraninya menyalahkan Tuhan dengan mengatakan bahwa sudah merupakan takdir Tuhan bahwa mereka harus bercerai. Tuhan yang menyatukan, tapi Dia pula yang menginginkan perceraian di antara ciptaanNya? Masuk akalkah itu?
Rumah biasanya merupakan tempat dimana kita bisa sebebasnya menjadi diri sendiri. Ketika di luar, kita biasanya memperhatikan betul untuk menjaga image, juga menjaga perasaan orang lain. Ada dorongan untuk menjaga perilaku dan sikap terhadap orang lain. Namun ketika berada bersama keluarga sendiri, jika tidak hati-hati kita bisa tergoda untuk bertindak seenaknya. Kita bisa lebih mementingkan hak istimewa yang serakah daripada menjalankan kewajiban. Kita tidak lagi menganggap penting untuk melakukan hal-hal yang digariskan Tuhan untuk dilaksanakan dalam keluarga. Tidakkah kita sering melihat bahwa orang-orang yang begitu ramah, penuh canda, ceria dan royal di luar ternyata di rumah menjadi sosok egois, pemarah dan pelitnya bukan main terhadap keluarga sendiri? Atau orang yang selalu tersenyum dan baik di luar menjadi bagai petinju atau petarung di rumah? Singkatnya, ada banyak orang yang menganaktirikan keluarganya sendiri, lebih peduli terhadap perasaan orang lain ketimbang istri/suami dan anak-anaknya. Di rumah sifat aslinya keluar, dan itu bukanlah sifat asli yang baik. Seringkali manusia terjebak untuk lebih banyak menuntut penghargaan dan penghormatan, untuk dikasihi, daripada mengasihi. Jika itu yang terjadi, tidaklah mengherankan apabila suasana rumah menjadi panas.
Rumah tangga kristen seharusnya jauh dari bentuk-bentuk demikian. Orang percaya yang sudah terlanjur melakukannya seharusnya sadar bahwa semua itu harus berubah. Yakobus mengatakan "Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." (Yakobus 3:16). Ayat ini tidak saja berlaku dalam hubungan kita dengan orang lain di luar, tapi terlebih lagi berlaku dalam hubungan dalam rumah tangga. Ketahuilah bahwa dalam pernikahan sesungguhnya Tuhan sendiri yang langsung memateraikan hubungan antara suami dan istri. Itu adalah bentuk ikatan yang kuat, begitu kuatnya sehingga firman Tuhan mengatakan bahwa tidak ada satupun manusia yang berhak memutuskannya. "Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." (Matius 19:6). Ini bentuk hubungan dua menjadi satu, begitu menyatunya sehingga dikatakan selayaknya menjadi satu daging. (ay 5). Dengan demikian, ketika kita menyakiti pasangan kita, bukankah itu artinya sama saja dengan menyakiti diri sendiri?
Keharmonisan dan kesepakatan dalam keluarga adalah hal mutlak yang harus bisa kita capai. Sayangnya hal ini menjadi semakin langka di jaman sekarang, dimana suami dan istri seringkali memilih jalannya sendiri-sendiri. Padahal Tuhan Yesus dengan tegas berkata "Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Matius 18:19-20). Ini adalah bentuk kuasa dari kesepakatan yang begitu penting, dan seharusnya bekerja dalam hidup setiap pasangan kristiani. Maka sudah selayaknya pasangan-pasangan yang dimateraikan langsung oleh Tuhan ini tidak boleh membiarkan pertengkaran berada di dalam rumah.
(bersambung)
RenunganHarianOnline.com adalah Renungan Harian Kristen untuk waktu Saat Teduh
Home »Unlabelled » Home: Heaven on Earth or Hell Break Lose? (1)
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Search
Berlangganan (Subscribe)
Menu
Kategori Artikel
Quick News
Hai! kami kembali lagi untuk memberkati para RHO-ers
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Renungan Harian Online kini dapat diakses melalui domain berikut: www.RenunganHarianOnline.com
Tentang RHO
Renungan di Blog ini dibuat oleh Tim Renungan Harian Online sendiri Copyrighted @ 2007-2022. Saudara boleh membagikan link
blog ini agar dapat menjadi berkat bagi teman-teman saudara, atau me-link-nya di situs/blog saudara:
atau dapat juga menggunakan banner dibawah ini:
Tuhan Memberkati!
Popular Posts
- Jebakan Hutang
- Mengusahakan Kesejahteraan Kota
- Kerjasama dalam Satu Kesatuan
- Kebersamaan Dalam Kasih Yang Menguatkan
- Perempuan Samaria di Sumur
- Hidup yang Berbahgia dan Berhasil
- Tahun Baru, Rahmat Baru, Harapan Baru
- Bersiap Menjelang Natal
- Bangkit dan Menjadi Terang
- Manusia Berencana Tuhan Menentukan
Pendistribusian
RHO hanya memberikan ijin untuk mendistribusikan pada media online (blog, milist, dll) tanpa menghilangkan link source, jika didistribusikan pada media offline, seperti warta jemaat, harus mencantumkan link source-nya. Kami tidak mengijinkan pendistribusian yg bersifat komersil.
No comments :
Post a Comment